Halo Sobat LambunQ! Oesophagitis adalah peradangan pada esofagus yang memengaruhi kenyamanan hidup. Oesophagitis sendiri merupakan peradangan pada esofagus, saluran yang menghubungkan tenggorokan dengan lambung, sering disebabkan oleh refluks asam lambung, infeksi, konsumsi obat tertentu, atau alergi, yang mengakibatkan nyeri dan kesulitan menelan. Kenali gejala dan penyebabnya, hindari makanan pemicu, dan jaga berat badan. Jika gejala memburuk, segera konsultasi dengan dokter. Yuk, simak informasi lengkapnya disini!
1. Penyebab Oesophagitis
Oesophagitis memiliki berbagai penyebab yang memicu peradangan pada esofagus. Salah satu penyebab paling umum adalah refluks asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD). Dalam kondisi ini, asam lambung dan enzim naik ke esofagus, menyebabkan iritasi dan peradangan pada lapisan esofagus. Selain GERD, infeksi juga dapat menjadi penyebab oesophagitis, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Infeksi yang umum meliputi infeksi jamur seperti Candida, infeksi virus seperti herpes simpleks, dan infeksi bakteri.
Konsumsi obat-obatan tertentu tanpa cukup air juga bisa menyebabkan oesophagitis. Obat-obatan seperti antibiotik, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan bisfosfonat dapat menempel di esofagus dan menyebabkan iritasi lokal. Alergi makanan merupakan penyebab lain, khususnya pada eosinophilic esophagitis, di mana alergen makanan menyebabkan penumpukan eosinofil, sejenis sel darah putih, di esofagus yang mengakibatkan peradangan.
Prosedur medis seperti radiasi untuk kanker di daerah dada atau leher juga bisa merusak lapisan esofagus dan menyebabkan oesophagitis. Paparan bahan kimia yang keras atau menelan zat korosif, seperti pembersih rumah tangga yang kuat atau cairan yang sangat asam atau basa, dapat menyebabkan kerusakan dan peradangan pada esofagus, kondisi ini dikenal sebagai corrosive oesophagitis.
Faktor risiko lainnya termasuk kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan, yang dapat memperburuk refluks asam dan mengiritasi esofagus. Kelebihan berat badan juga dapat meningkatkan tekanan pada perut, memperburuk refluks asam. Memahami penyebab-penyebab ini penting untuk menentukan pengobatan yang tepat dan langkah-langkah pencegahan untuk mengelola dan mencegah oesophagitis.
2. Gejala Oesophagitis
Gejala oesophagitis bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan peradangan. Salah satu gejala paling umum adalah nyeri dada yang sering digambarkan sebagai sensasi terbakar atau nyeri tumpul di belakang tulang dada. Nyeri ini bisa meningkat saat menelan makanan atau minuman. Kesulitan menelan atau disfagia juga merupakan gejala umum, di mana penderita merasa makanan tersangkut di esofagus atau mengalami rasa sakit saat menelan. Dalam kasus yang lebih parah, disfagia bisa menjadi sangat menyakitkan sehingga mengganggu asupan makanan dan minuman sehari-hari.
Rasa terbakar di dada, atau heartburn, adalah gejala lain yang sering dialami oleh penderita oesophagitis. Heartburn terjadi ketika asam lambung yang naik ke esofagus menyebabkan iritasi pada lapisan esofagus, menghasilkan sensasi panas atau terbakar. Gejala ini seringkali memburuk setelah makan atau saat berbaring.
Regurgitasi makanan atau cairan asam dari lambung ke mulut juga bisa terjadi, menyebabkan rasa asam atau pahit di mulut. Ini sering kali disertai dengan sendawa berlebihan dan perasaan kembung. Dalam beberapa kasus, penderita mungkin juga mengalami mual dan muntah.
Gejala lain yang mungkin muncul termasuk batuk kronis, terutama pada malam hari, suara serak atau perubahan suara, dan sakit tenggorokan yang berkepanjangan. Gejala-gejala ini bisa terjadi karena iritasi yang berulang pada esofagus dan jaringan di sekitarnya akibat asam lambung.
Pada eosinophilic esophagitis, penderita mungkin juga mengalami reaksi alergi terhadap makanan tertentu, yang dapat menyebabkan pembengkakan dan peradangan pada esofagus. Gejala ini seringkali diiringi dengan gatal-gatal atau gejala alergi lainnya.
3. Komplikasi Oesophagitis
Komplikasi oesophagitis bisa sangat serius jika tidak ditangani dengan baik. Salah satu komplikasi utama adalah ulkus esofagus, yaitu luka terbuka yang muncul di lapisan esofagus akibat iritasi berulang dari asam lambung. Ulkus ini dapat menyebabkan perdarahan, nyeri yang hebat, dan kesulitan menelan. Jika ulkus esofagus tidak segera diobati, perdarahan yang terjadi bisa menjadi parah dan memerlukan intervensi medis darurat.
Penyempitan esofagus atau striktur esofagus adalah komplikasi lain yang cukup umum. Striktur terjadi ketika jaringan parut yang terbentuk akibat peradangan kronis menyebabkan penyempitan saluran esofagus. Hal ini mengakibatkan disfagia, di mana penderita mengalami kesulitan menelan makanan dan minuman. Striktur esofagus sering memerlukan prosedur dilatasi untuk memperlebar saluran esofagus dan memulihkan kemampuan menelan yang normal.
Barrett’s esophagus adalah komplikasi prakanker yang serius, di mana sel-sel normal di lapisan esofagus bagian bawah berubah menjadi sel-sel yang mirip dengan yang ditemukan di usus. Kondisi ini disebabkan oleh paparan jangka panjang terhadap asam lambung akibat refluks yang tidak diobati. Barrett’s esophagus meningkatkan risiko kanker esofagus adenokarsinoma, jenis kanker yang agresif dan sulit diobati. Penderita Barrett’s esophagus perlu pemantauan rutin dengan endoskopi untuk mendeteksi perubahan prakanker sejak dini.
Perforasi esofagus, meskipun jarang, adalah komplikasi yang sangat serius di mana terjadi robekan pada dinding esofagus. Perforasi dapat terjadi akibat ulkus yang dalam atau prosedur medis yang invasif. Kondisi ini memerlukan penanganan bedah segera karena bisa menyebabkan infeksi berat di rongga dada.
Komplikasi lain termasuk aspirasi paru, di mana makanan atau cairan yang teregurgitasi masuk ke paru-paru, menyebabkan pneumonia aspirasi. Hal ini bisa sangat berbahaya terutama pada individu dengan sistem kekebalan yang lemah atau penyakit paru-paru kronis.
4. Diagnosis Oesophagitis
Diagnosis oesophagitis dimulai dengan evaluasi gejala dan riwayat medis oleh dokter. Proses ini biasanya melibatkan beberapa langkah untuk memastikan diagnosis yang tepat. Salah satu metode utama adalah endoskopi, di mana dokter memasukkan sebuah tabung fleksibel dengan kamera kecil (endoskop) melalui mulut ke dalam esofagus. Prosedur ini memungkinkan dokter untuk melihat langsung kondisi lapisan esofagus, mengidentifikasi tanda-tanda peradangan, ulkus, atau perubahan lain yang menunjukkan oesophagitis. Selain itu, biopsi atau pengambilan sampel jaringan mungkin dilakukan selama endoskopi untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium. Ini membantu dalam mendeteksi infeksi, eosinofil (yang menunjukkan eosinophilic esophagitis), dan perubahan seluler seperti yang terlihat pada Barrett’s esophagus.
Tes lain yang sering digunakan adalah manometri esofagus. Tes ini mengukur tekanan dan pola kontraksi otot-otot esofagus saat menelan. Manometri membantu mendeteksi masalah motilitas atau pergerakan esofagus yang mungkin berkontribusi pada refluks asam dan oesophagitis.
Pengukuran pH esofagus selama 24 jam adalah tes penting lainnya untuk mendiagnosis GERD, penyebab umum oesophagitis. Selama tes ini, sebuah probe ditempatkan di esofagus untuk mengukur tingkat keasaman dan frekuensi refluks asam. Data yang dikumpulkan memberikan informasi yang berguna tentang hubungan antara gejala dan episode refluks.
Selain itu, tes darah mungkin dilakukan untuk mencari tanda-tanda infeksi atau reaksi alergi. Khususnya dalam kasus eosinophilic esophagitis, tes alergi bisa membantu mengidentifikasi alergen makanan yang mungkin bertanggung jawab atas peradangan.
Dokter juga mungkin menggunakan radiografi barium atau esophagogram, di mana pasien menelan cairan barium yang kemudian difoto dengan sinar-X. Cairan barium membantu memperjelas gambar esofagus, menunjukkan penyempitan, ulkus, atau masalah struktural lainnya.
5. Pengobatan Oesophagitis
Pengobatan oesophagitis bergantung pada penyebab dan tingkat keparahan peradangan. Untuk oesophagitis yang disebabkan oleh refluks asam lambung atau GERD, pengobatan utama melibatkan penggunaan obat-obatan yang mengurangi produksi asam lambung. Proton pump inhibitors (PPI) seperti omeprazole dan lansoprazole adalah obat yang sering diresepkan karena efektif dalam menurunkan asam lambung dan mempercepat penyembuhan esofagus. H2 receptor blockers seperti ranitidine dan famotidine juga digunakan untuk mengurangi produksi asam lambung, meskipun biasanya kurang kuat dibandingkan PPI.
Antasida bisa digunakan untuk meredakan gejala jangka pendek dengan menetralkan asam lambung yang sudah ada. Obat-obatan ini sering dikombinasikan dengan agen pelapis esofagus seperti sucralfate yang membantu melindungi lapisan esofagus dari iritasi lebih lanjut.
Untuk oesophagitis yang disebabkan oleh infeksi, pengobatan tergantung pada jenis infeksinya. Infeksi jamur seperti Candida diobati dengan antijamur seperti fluconazole. Infeksi virus, seperti yang disebabkan oleh herpes simplex, diobati dengan antivirus seperti acyclovir. Infeksi bakteri mungkin memerlukan antibiotik yang sesuai.
Pada kasus eosinophilic esophagitis, pengobatan melibatkan penghindaran makanan penyebab alergi yang telah diidentifikasi melalui tes alergi. Kortikosteroid topikal seperti fluticasone atau budesonide sering digunakan untuk mengurangi peradangan eosinofilik di esofagus.
Selain obat-obatan, perubahan gaya hidup dan pola makan juga sangat penting dalam pengobatan oesophagitis. Menghindari makanan dan minuman yang memicu refluks, makan dalam porsi kecil, dan tidak makan sebelum tidur dapat membantu mengurangi gejala. Mengangkat kepala tempat tidur sekitar 15-20 cm juga bisa mencegah asam lambung naik ke esofagus saat tidur.
Dalam kasus yang lebih parah, seperti penyempitan esofagus akibat jaringan parut, prosedur dilatasi mungkin diperlukan untuk memperlebar esofagus. Prosedur ini melibatkan penggunaan balon atau alat khusus lainnya yang dimasukkan melalui endoskop untuk melebarkan area yang menyempit.
6. Perubahan Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup memainkan peran penting dalam mengelola dan mencegah oesophagitis, terutama yang disebabkan oleh refluks asam lambung. Salah satu perubahan yang paling efektif adalah menghindari makanan dan minuman yang memicu refluks. Makanan pedas, berlemak, cokelat, kafein, alkohol, dan minuman berkarbonasi dikenal dapat memperburuk refluks asam dan harus dihindari. Selain itu, mengurangi porsi makan dan menghindari makan besar sebelum tidur dapat membantu mencegah asam lambung naik ke esofagus.
Mengubah kebiasaan makan juga sangat penting. Disarankan untuk makan dalam porsi kecil namun lebih sering, yang dapat membantu mengurangi tekanan pada lambung dan mencegah refluks. Mengunyah makanan dengan baik dan makan perlahan juga dapat membantu pencernaan dan mengurangi gejala oesophagitis.
Mengangkat kepala tempat tidur sekitar 15-20 cm adalah langkah lain yang dapat membantu mencegah refluks asam saat tidur. Cara ini menggunakan gravitasi untuk menjaga asam lambung tetap di perut dan tidak naik ke esofagus. Jika mengangkat tempat tidur tidak memungkinkan, menggunakan beberapa bantal tambahan untuk menopang kepala dan bagian atas tubuh juga bisa efektif.
Berat badan berlebih dapat meningkatkan tekanan pada perut, memperburuk refluks asam. Oleh karena itu, menjaga berat badan ideal melalui diet seimbang dan olahraga teratur sangat dianjurkan. Olahraga ringan seperti berjalan kaki setelah makan juga dapat membantu pencernaan dan mengurangi refluks asam.
Hindari merokok, karena nikotin dalam rokok dapat melemahkan sfingter esofagus bagian bawah, meningkatkan kemungkinan refluks asam. Selain itu, alkohol juga harus dihindari karena dapat memperburuk gejala oesophagitis dengan cara yang sama.
Stres juga dapat memperburuk gejala refluks asam dan oesophagitis. Oleh karena itu, teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, dan latihan pernapasan bisa sangat membantu. Tidur yang cukup dan menjaga pola tidur yang teratur juga penting untuk kesehatan pencernaan.
7. Makanan yang Harus Dihindari
Untuk mengelola oesophagitis, menghindari makanan dan minuman yang memicu refluks asam lambung sangat penting. Makanan berlemak tinggi adalah salah satu penyebab utama, karena lemak dapat memperlambat pengosongan lambung dan meningkatkan tekanan pada esofagus. Makanan seperti gorengan, daging berlemak, dan produk susu tinggi lemak sebaiknya dihindari.
Makanan pedas juga bisa memperburuk gejala oesophagitis. Cabai, saus pedas, dan rempah-rempah yang kuat dapat mengiritasi lapisan esofagus yang sudah meradang. Jika kamu suka makanan berbumbu, cobalah memilih bumbu yang lebih ringan seperti jahe atau kunyit.
Buah dan jus asam, seperti jeruk, lemon, tomat, dan grapefruit, mengandung asam sitrat yang bisa meningkatkan asam lambung dan memicu refluks. Hindari konsumsi buah-buahan ini, dan gantilah dengan buah yang kurang asam seperti pisang, melon, atau apel yang dikupas.
Cokelat juga perlu dihindari karena mengandung kafein dan theobromine yang bisa melemahkan sfingter esofagus bagian bawah, memungkinkan asam lambung naik ke esofagus. Selain itu, minuman berkafein seperti kopi, teh, dan soda juga bisa memicu refluks asam dan sebaiknya dihindari atau dikonsumsi dalam jumlah sangat terbatas.
Alkohol adalah pemicu lain yang signifikan karena bisa mengendurkan otot-otot sfingter esofagus dan meningkatkan produksi asam lambung. Minuman beralkohol, terutama yang berkarbonasi atau berbasis anggur, sebaiknya dihindari untuk mengurangi risiko refluks.
Makanan yang sangat manis, seperti permen dan kue, juga bisa memicu refluks asam. Gula dapat menyebabkan perut menghasilkan lebih banyak asam, yang meningkatkan risiko refluks dan iritasi esofagus. Sebaiknya pilih makanan penutup yang rendah gula atau berbasis buah-buahan yang tidak asam.
Mint dan peppermint, sering ditemukan dalam permen dan teh, bisa melemahkan sfingter esofagus dan meningkatkan risiko refluks. Gantilah dengan herbal lain seperti chamomile atau ginger tea yang lebih aman bagi penderita oesophagitis.
Dengan menghindari makanan dan minuman ini, kamu bisa mengurangi gejala oesophagitis dan mencegah iritasi lebih lanjut pada esofagus.
8. Obat Herbal untuk Oesophagitis
Penggunaan obat herbal dapat menjadi tambahan yang berguna dalam pengobatan oesophagitis. Salah satu herbal yang populer adalah licorice atau akar manis, terutama jenis deglycyrrhizinated licorice (DGL) yang dipercaya dapat membantu melapisi dan melindungi lapisan esofagus dari iritasi asam lambung. DGL dapat dikonsumsi dalam bentuk tablet kunyah sebelum makan untuk membantu mengurangi gejala.
Chamomile juga dikenal karena sifat antiinflamasi dan menenangkan yang dapat membantu meredakan peradangan esofagus. Teh chamomile bisa diminum beberapa kali sehari untuk membantu menenangkan sistem pencernaan dan mengurangi gejala oesophagitis. Selain itu, chamomile juga dapat membantu mengurangi stres, yang sering kali memperburuk gejala refluks asam.
Aloe vera adalah herbal lain yang sering digunakan untuk mengatasi masalah pencernaan. Jus aloe vera dapat membantu menenangkan lapisan esofagus yang meradang dan mengurangi gejala refluks asam. Penting untuk memilih jus aloe vera yang dibuat khusus untuk konsumsi internal dan bebas dari senyawa aloin yang dapat menyebabkan efek samping.
Ginger atau jahe memiliki sifat antiinflamasi dan dapat membantu meningkatkan pencernaan serta mengurangi mual yang sering terkait dengan oesophagitis. Jahe bisa dikonsumsi dalam bentuk teh, kapsul, atau ditambahkan ke makanan sebagai bumbu.
Slippery elm adalah herbal yang menghasilkan lendir yang dapat melapisi dan melindungi esofagus dari asam lambung. Slippery elm sering dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang dicampur dengan air untuk membuat gel yang diminum sebelum makan. Herbal ini membantu menenangkan peradangan dan melindungi lapisan esofagus.
Marshmallow root juga dikenal memiliki sifat menenangkan dan melapisi yang dapat membantu mengurangi iritasi esofagus. Teh marshmallow root atau suplemen dapat digunakan untuk membantu meredakan gejala oesophagitis.
Peppermint biasanya dihindari dalam bentuk murni karena dapat memperburuk refluks asam, tetapi peppermint oil dalam bentuk enteric-coated capsules dapat membantu mengurangi gejala refluks pada beberapa orang tanpa melemahkan sfingter esofagus bagian bawah. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan peppermint oil.
9. Pencegahan Kambuhnya Oesophagitis
Mencegah kambuhnya oesophagitis memerlukan perubahan gaya hidup yang konsisten dan disiplin. Salah satu langkah penting adalah menghindari makanan dan minuman yang diketahui memicu refluks asam lambung. Makanan berlemak tinggi, pedas, cokelat, kafein, alkohol, dan minuman berkarbonasi harus dihindari atau dikonsumsi dalam jumlah sangat terbatas. Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil namun sering, serta menghindari makan besar sebelum tidur, juga sangat membantu dalam mencegah refluks.
Mengatur pola makan dan waktu makan adalah kunci lainnya. Sebaiknya makan terakhir dilakukan minimal 2-3 jam sebelum tidur untuk memberi waktu bagi makanan turun dari lambung ke usus kecil. Selain itu, mengangkat kepala tempat tidur sekitar 15-20 cm dapat mencegah asam lambung naik ke esofagus saat tidur. Jika ini tidak memungkinkan, menggunakan beberapa bantal tambahan untuk menopang kepala dan bagian atas tubuh bisa efektif.
Menjaga berat badan ideal juga penting, karena kelebihan berat badan meningkatkan tekanan pada perut dan memicu refluks. Rutin berolahraga, selain membantu menjaga berat badan, juga bermanfaat bagi kesehatan pencernaan secara keseluruhan. Namun, hindari olahraga berat segera setelah makan karena bisa memicu refluks asam.
Hindari merokok, karena nikotin dapat melemahkan sfingter esofagus bagian bawah, meningkatkan risiko refluks. Stres juga dapat memperburuk gejala refluks asam dan oesophagitis, sehingga teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, dan latihan pernapasan sangat dianjurkan. Pola tidur yang cukup dan teratur juga penting untuk menjaga kesehatan pencernaan.
Meminum air dalam jumlah yang cukup sepanjang hari membantu pencernaan dan menjaga keseimbangan asam dalam lambung. Selain itu, meminum air putih sebelum dan sesudah makan dapat membantu menetralkan asam lambung dan mengurangi risiko refluks.
Jika sedang dalam pengobatan untuk oesophagitis, sangat penting untuk mematuhi saran medis dan mengikuti jadwal pengobatan yang diresepkan. Konsultasi rutin dengan dokter membantu memantau kondisi dan menyesuaikan pengobatan sesuai kebutuhan. Dengan langkah-langkah pencegahan ini, risiko kambuhnya oesophagitis dapat diminimalkan secara signifikan.
10. Kapan Harus Menghubungi Dokter
Menghubungi dokter segera adalah penting ketika gejala oesophagitis tidak membaik atau semakin parah meskipun sudah melakukan perubahan gaya hidup dan pengobatan. Salah satu tanda utama yang harus diwaspadai adalah nyeri dada yang intens, yang mungkin disalahartikan sebagai serangan jantung. Jika nyeri dada disertai dengan sesak napas, berkeringat dingin, atau rasa sakit yang menjalar ke lengan, leher, atau rahang, segera cari pertolongan medis darurat.
Kesulitan menelan atau disfagia yang semakin parah juga merupakan alasan untuk menghubungi dokter. Jika makanan atau minuman terasa seperti tersangkut di tenggorokan atau dada, atau jika kamu mengalami rasa sakit yang signifikan saat menelan, ini bisa menandakan adanya penyempitan esofagus atau komplikasi serius lainnya yang memerlukan penanganan medis segera.
Regurgitasi yang sering atau parah, terutama jika disertai dengan muntah berulang atau muntah darah, juga memerlukan perhatian medis segera. Muntah darah bisa menjadi tanda perdarahan esofagus yang serius, yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Penurunan berat badan yang tidak diinginkan atau kehilangan nafsu makan juga merupakan tanda yang harus diperhatikan. Jika kamu kehilangan berat badan tanpa sebab yang jelas atau merasa kenyang dengan sangat cepat, ini bisa menandakan adanya masalah yang lebih serius pada esofagus atau lambung.
Gejala lain yang perlu diwaspadai termasuk suara serak atau perubahan suara yang berkepanjangan, batuk kronis terutama pada malam hari, dan sakit tenggorokan yang tidak kunjung sembuh. Gejala-gejala ini bisa menunjukkan iritasi kronis pada esofagus yang memerlukan evaluasi medis.
Jika kamu memiliki riwayat Barrett’s esophagus atau kondisi prakanker lainnya, pemantauan rutin dengan dokter sangat penting. Perubahan gejala atau hasil pemeriksaan yang tidak normal harus segera dilaporkan untuk memastikan deteksi dini dan penanganan yang tepat.
Secara umum, jika gejala oesophagitis tidak merespons pengobatan atau semakin buruk, segera hubungi dokter untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut. Ini penting untuk mencegah komplikasi serius dan memastikan kondisi terkelola dengan baik.
Kesimpulan
Oesophagitis adalah peradangan esofagus yang dapat memengaruhi kualitas hidup. Mengenali gejala, penyebab, dan pilihan pengobatan adalah kunci untuk mengelola kondisi ini. Perubahan gaya hidup, seperti menghindari makanan pemicu, menjaga berat badan, dan mengurangi stres, sangat penting. Jangan ragu untuk menghubungi dokter jika gejala memburuk atau tidak membaik. Dengan memahami dan menerapkan langkah-langkah pencegahan serta pengobatan yang tepat, kamu bisa mengurangi risiko komplikasi dan meningkatkan kesehatan esofagus. Tetap jaga kesehatan lambung, dan jangan abaikan tanda-tanda yang memerlukan perhatian medis.