Halo Sobat LambunQ! Pernah denger istilah gastritis kronis? Yup, kali ini kami akan membahas tentang tanda-tanda dan cara penanganannya. Gastritis kronis ini bagian dari salah satu masalah lambung yang gak boleh dianggap remeh. Gastritis kronis merupakan peradangan lambung yang berlangsung lama, sering disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori, penggunaan NSAID, alkohol berlebih, atau stres kronis. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan dinding lambung dan mengganggu pencernaan. Yuk, kita simak bareng-bareng!
1. Nyeri atau Tidak Nyaman di Perut Bagian Atas
Nyeri atau tidak nyaman di perut bagian atas adalah salah satu tanda yang paling umum dari gastritis kronis. Rasa nyeri ini sering digambarkan sebagai sensasi terbakar atau perih yang terjadi di daerah epigastrium, tepat di bawah tulang dada. Nyeri ini bisa datang dan pergi, sering kali lebih buruk setelah makan atau di malam hari. Intensitas nyeri bisa bervariasi dari ringan hingga parah, dan bisa bertahan beberapa menit hingga beberapa jam.
Pada gastritis kronis, nyeri ini disebabkan oleh peradangan yang merusak lapisan lambung. Lapisan ini berfungsi melindungi lambung dari asam lambung yang korosif. Ketika lapisan ini rusak, asam lambung dapat mengiritasi dinding lambung, menyebabkan nyeri. Selain itu, nyeri perut bagian atas juga bisa disertai dengan sensasi penuh atau kembung setelah makan meskipun hanya makan sedikit. Hal ini terjadi karena lambung mengalami kesulitan untuk mencerna makanan dengan efisien.
Selain itu, nyeri perut bagian atas pada gastritis kronis bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor pemicu seperti konsumsi makanan pedas, asam, atau berlemak, serta konsumsi alkohol dan merokok. Stres dan kecemasan juga diketahui dapat memperburuk gejala ini. Nyeri yang berhubungan dengan gastritis kronis juga dapat memburuk jika penderita menggunakan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti aspirin atau ibuprofen, yang dapat mengiritasi lambung lebih lanjut.
Untuk mengurangi nyeri ini, penderita sering kali disarankan untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat memperburuk gejala, seperti kopi, minuman berkarbonasi, dan makanan pedas atau asam. Selain itu, makan dalam porsi kecil tapi sering dapat membantu mengurangi beban pada lambung. Penggunaan obat-obatan seperti antasida, penghambat pompa proton, atau H2 blocker dapat membantu mengurangi produksi asam lambung dan meredakan nyeri. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan perawatan yang sesuai, karena nyeri perut bagian atas juga bisa menjadi tanda kondisi medis lainnya yang memerlukan perhatian khusus.
2. Mual dan Muntah
Mual dan muntah adalah gejala umum yang sering dialami oleh penderita gastritis kronis. Mual adalah perasaan tidak nyaman di perut yang sering kali mendahului muntah, yang merupakan pengosongan paksa isi lambung melalui mulut. Pada gastritis kronis, mual bisa terjadi secara berkala atau terus-menerus, tergantung pada tingkat keparahan peradangan lambung.
Mual seringkali terjadi setelah makan, terutama jika makanan tersebut berat, pedas, atau berlemak. Hal ini disebabkan oleh iritasi pada lapisan lambung yang meradang, yang mengganggu proses pencernaan normal. Muntah, di sisi lain, bisa terjadi jika mual berlanjut dan menjadi tak tertahankan. Muntah tidak hanya menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, tetapi juga dapat mengiritasi tenggorokan dan esofagus, menambah ketidaknyamanan bagi penderita.
Ada berbagai faktor yang dapat memperburuk mual dan muntah pada gastritis kronis. Misalnya, konsumsi alkohol dan merokok dapat mengiritasi lambung lebih lanjut, memperburuk gejala ini. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan beberapa antibiotik, juga dapat memperparah mual dan muntah karena efek sampingnya terhadap lambung. Selain itu, stres emosional dan fisik juga dapat memicu mual dan muntah pada beberapa orang.
Untuk mengatasi mual dan muntah yang disebabkan oleh gastritis kronis, penting untuk mengidentifikasi dan menghindari pemicunya. Mengubah pola makan dengan mengonsumsi makanan yang lebih lembut dan lebih mudah dicerna, serta menghindari makanan pedas, asam, dan berlemak, bisa sangat membantu. Minum cairan dalam jumlah kecil tetapi sering juga dapat membantu menjaga hidrasi tanpa memperparah mual.
Obat-obatan tertentu dapat diresepkan untuk membantu mengurangi mual dan muntah. Antiemetik seperti ondansetron atau metoclopramide dapat digunakan untuk mengendalikan gejala ini. Selain itu, penggunaan antasida, penghambat pompa proton, atau H2 blocker dapat membantu mengurangi iritasi lambung dengan menurunkan produksi asam lambung. Sebelum menggunakan obat-obatan ini, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran yang sesuai berdasarkan kondisi medis individu.
3. Perut Kembung
Perut kembung adalah gejala umum lain yang sering dialami oleh penderita gastritis kronis. Kembung terjadi ketika ada penumpukan gas di dalam perut dan usus, menyebabkan perut terasa penuh, keras, dan tidak nyaman. Pada kasus gastritis kronis, perut kembung bisa terjadi akibat peradangan lambung yang mengganggu proses pencernaan dan penyerapan makanan.
Peradangan pada lapisan lambung dapat mengurangi kemampuan lambung untuk menghasilkan enzim dan asam yang dibutuhkan untuk mencerna makanan dengan efisien. Akibatnya, makanan yang tidak tercerna dengan baik dapat menyebabkan fermentasi oleh bakteri dalam usus, menghasilkan gas yang berlebihan. Kondisi ini juga dapat memperlambat pengosongan lambung, memperburuk rasa kembung.
Kebiasaan makan yang buruk, seperti makan terlalu cepat, mengunyah permen karet, atau minum minuman berkarbonasi, dapat memperburuk kembung pada penderita gastritis kronis. Selain itu, konsumsi makanan tertentu seperti kacang-kacangan, kubis, brokoli, dan makanan berlemak juga bisa meningkatkan produksi gas dalam sistem pencernaan. Stres dan kecemasan dapat memperburuk kondisi ini, karena dapat mempengaruhi fungsi pencernaan dan memperlambat motilitas usus.
Untuk mengatasi perut kembung yang disebabkan oleh gastritis kronis, penting untuk memperhatikan pola makan dan gaya hidup. Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil tetapi sering dapat membantu mencegah penumpukan gas. Menghindari makanan dan minuman yang dikenal sebagai pemicu gas, seperti minuman berkarbonasi, makanan berlemak, dan makanan tinggi serat yang sulit dicerna, juga bisa membantu.
Selain perubahan pola makan, ada beberapa strategi lain yang bisa membantu mengurangi kembung. Mengunyah makanan dengan baik dan perlahan-lahan dapat mengurangi jumlah udara yang tertelan saat makan. Berjalan-jalan sebentar setelah makan juga dapat membantu mempercepat pengosongan lambung dan mengurangi penumpukan gas. Beberapa orang mungkin menemukan manfaat dari penggunaan obat simetikon, yang membantu mengurangi gas dalam sistem pencernaan.
Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika kembung berlanjut atau semakin parah, karena bisa jadi itu tanda adanya kondisi medis lain yang memerlukan perhatian khusus. Dengan pendekatan yang tepat, gejala kembung pada gastritis kronis dapat dikendalikan dan kualitas hidup penderita bisa ditingkatkan.
4. Penurunan Nafsu Makan
Penurunan nafsu makan adalah salah satu gejala signifikan yang sering dialami oleh penderita gastritis kronis. Kondisi ini dapat muncul karena peradangan yang terus-menerus di lapisan lambung, menyebabkan rasa tidak nyaman atau nyeri setiap kali makan. Ketidaknyamanan ini sering kali membuat penderita enggan untuk makan, karena khawatir gejala akan semakin parah setelah mengonsumsi makanan.
Peradangan pada lambung juga dapat mengganggu produksi hormon ghrelin, yang bertanggung jawab untuk mengatur rasa lapar. Ketika produksi hormon ini terganggu, sinyal lapar ke otak menjadi tidak seimbang, sehingga menyebabkan penurunan nafsu makan. Selain itu, rasa mual yang sering menyertai gastritis kronis dapat semakin mengurangi keinginan untuk makan, karena penderita merasa makanan hanya akan memperburuk kondisi mereka.
Selain faktor fisik, faktor psikologis juga berperan dalam penurunan nafsu makan. Stres dan kecemasan, yang sering kali menyertai penyakit kronis seperti gastritis, dapat mempengaruhi pola makan seseorang. Penderita mungkin merasa terlalu cemas atau tertekan untuk makan, yang semakin memperparah penurunan berat badan dan kekurangan nutrisi.
Penurunan nafsu makan yang berkepanjangan dapat menyebabkan malnutrisi, kelemahan, dan penurunan berat badan yang signifikan. Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi penderita untuk mencoba makan dalam porsi kecil namun sering, serta memilih makanan yang lebih lembut dan mudah dicerna. Mengonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi tetapi tidak berat di lambung, seperti bubur, sup, dan sayuran yang dimasak lembut, dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi tanpa memperparah gejala gastritis.
Selain itu, berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi bisa sangat membantu. Mereka dapat memberikan saran mengenai diet yang sesuai dan mungkin meresepkan suplemen nutrisi jika diperlukan. Beberapa penderita mungkin juga memerlukan obat untuk mengurangi peradangan lambung dan mengendalikan gejala mual, sehingga dapat memperbaiki nafsu makan secara keseluruhan. Dengan perawatan yang tepat, nafsu makan dapat kembali normal, membantu penderita mendapatkan kembali kekuatan dan kesehatan mereka.
5. Berat Badan Menurun
Penurunan berat badan adalah gejala umum pada penderita gastritis kronis, sering kali disebabkan oleh kombinasi faktor yang terkait dengan penyakit ini. Salah satu faktor utama adalah penurunan nafsu makan yang signifikan, yang membuat penderita mengonsumsi kalori lebih sedikit daripada yang dibutuhkan tubuh mereka. Rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dirasakan saat makan juga bisa membuat penderita menghindari makanan, mengurangi asupan kalori dan nutrisi penting.
Selain penurunan nafsu makan, peradangan kronis pada lambung dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi di usus. Lapisan lambung yang meradang tidak dapat mencerna makanan secara efisien, yang berarti nutrisi tidak diserap dengan baik ke dalam tubuh. Akibatnya, meskipun penderita mencoba makan dalam jumlah yang cukup, tubuh mereka tetap kekurangan nutrisi penting, yang berkontribusi pada penurunan berat badan.
Mual dan muntah yang sering terjadi pada gastritis kronis juga berperan dalam penurunan berat badan. Ketika makanan sering dimuntahkan, tubuh kehilangan kesempatan untuk menyerap kalori dan nutrisi dari makanan tersebut. Selain itu, muntah berulang kali dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, yang dapat memperburuk kondisi umum penderita.
Penurunan berat badan yang signifikan dapat berdampak serius pada kesehatan umum penderita. Malnutrisi akibat penurunan berat badan dapat menyebabkan kelemahan, kelelahan, dan penurunan fungsi kekebalan tubuh, membuat penderita lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit lainnya. Oleh karena itu, penting untuk mengelola gejala gastritis kronis dengan tepat untuk mencegah penurunan berat badan yang berlebihan.
Pendekatan untuk mengatasi penurunan berat badan pada penderita gastritis kronis melibatkan perubahan pola makan dan pengobatan medis. Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil tapi sering, serta memilih makanan yang mudah dicerna, dapat membantu meningkatkan asupan kalori. Dokter atau ahli gizi dapat memberikan saran diet yang sesuai dan mungkin meresepkan suplemen nutrisi untuk memastikan kebutuhan gizi terpenuhi. Selain itu, pengobatan untuk mengurangi peradangan lambung dan mengendalikan gejala seperti mual dan muntah sangat penting untuk membantu penderita mempertahankan atau menambah berat badan mereka.
6. Diare atau Konstipasi
Diare atau konstipasi adalah dua gejala yang dapat dialami oleh penderita gastritis kronis, meskipun biasanya lebih dikenal sebagai gangguan pencernaan bagian atas. Namun, peradangan lambung yang kronis dapat mempengaruhi seluruh sistem pencernaan, menyebabkan ketidakseimbangan dalam fungsi usus.
Pada beberapa penderita gastritis kronis, diare bisa terjadi karena iritasi dan peradangan yang mempengaruhi pencernaan makanan secara keseluruhan. Makanan yang tidak dicerna dengan baik di lambung bisa bergerak lebih cepat melalui usus, menyebabkan diare. Selain itu, peningkatan asam lambung dan aktivitas bakteri tertentu akibat peradangan lambung juga dapat mempengaruhi flora usus, yang berkontribusi terhadap diare.
Sebaliknya, konstipasi juga bisa menjadi masalah bagi penderita gastritis kronis. Konstipasi dapat terjadi karena pengosongan lambung yang lambat akibat peradangan, yang memperlambat proses pencernaan secara keseluruhan. Ketika makanan bergerak lebih lambat melalui sistem pencernaan, tinja menjadi lebih kering dan keras, sehingga sulit untuk dikeluarkan. Selain itu, beberapa obat yang digunakan untuk mengobati gejala gastritis, seperti antasida yang mengandung aluminium, juga dapat menyebabkan konstipasi.
Kedua kondisi ini dapat diperburuk oleh pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Konsumsi makanan yang rendah serat, dehidrasi, dan kurangnya aktivitas fisik dapat memperparah konstipasi. Sebaliknya, konsumsi makanan yang terlalu berlemak atau pedas dapat memperburuk diare pada penderita gastritis kronis.
Untuk mengatasi diare dan konstipasi, penting bagi penderita gastritis kronis untuk memperhatikan pola makan dan gaya hidup mereka. Mengonsumsi makanan yang seimbang dan kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, dapat membantu mencegah konstipasi. Minum cukup air setiap hari juga penting untuk menjaga hidrasi dan memudahkan proses pencernaan. Sebaliknya, menghindari makanan yang dapat memicu diare, seperti makanan pedas dan berlemak, serta mengurangi konsumsi alkohol dan kafein, dapat membantu mengurangi frekuensi diare.
Selain perubahan pola makan, penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat membantu mengelola diare dan konstipasi. Misalnya, laksatif dapat digunakan untuk mengatasi konstipasi, sementara obat anti-diare dapat membantu mengurangi gejala diare. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan ini untuk memastikan mereka aman dan sesuai dengan kondisi medis individu. Dengan pengelolaan yang tepat, gejala diare dan konstipasi pada gastritis kronis dapat dikendalikan, meningkatkan kualitas hidup penderita.
7. Sakit Kepala dan Pusing
Sakit kepala dan pusing adalah gejala yang mungkin tidak langsung dikaitkan dengan gastritis kronis, tetapi cukup sering dialami oleh penderita kondisi ini. Kedua gejala ini bisa terjadi karena beberapa alasan yang berkaitan dengan peradangan lambung dan kondisi tubuh secara keseluruhan.
Salah satu penyebab utama sakit kepala dan pusing pada penderita gastritis kronis adalah dehidrasi. Mual dan muntah yang sering terjadi dapat menyebabkan kehilangan cairan yang signifikan, sehingga tubuh menjadi dehidrasi. Dehidrasi mengurangi volume darah yang beredar ke otak, menyebabkan sakit kepala dan pusing. Selain itu, kurangnya asupan makanan dan minuman yang memadai karena penurunan nafsu makan juga dapat memperparah dehidrasi.
Selain dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi akibat muntah berulang dan diare juga dapat menyebabkan pusing dan sakit kepala. Elektrolit seperti natrium, kalium, dan magnesium penting untuk fungsi normal sel-sel otak dan saraf. Ketika elektrolit ini tidak seimbang, fungsi otak terganggu, yang bisa memicu sakit kepala dan pusing.
Stres dan kecemasan yang sering menyertai gastritis kronis juga dapat memicu sakit kepala. Ketegangan emosional dapat menyebabkan ketegangan otot, terutama di leher dan bahu, yang dapat menyebabkan sakit kepala tegang. Selain itu, stres dapat memicu serangan migrain pada orang yang rentan terhadap migrain, memperburuk gejala sakit kepala.
Selain itu, penderita gastritis kronis mungkin mengalami pusing sebagai akibat dari anemia. Anemia sering terjadi karena perdarahan lambung yang bisa menyertai gastritis kronis, terutama jika ada ulkus atau erosi pada lapisan lambung. Penurunan jumlah sel darah merah yang membawa oksigen ke otak dapat menyebabkan pusing dan kelelahan.
Untuk mengatasi sakit kepala dan pusing yang terkait dengan gastritis kronis, penting untuk mengelola dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Minum cukup cairan, terutama air dan minuman elektrolit, dapat membantu mencegah dehidrasi. Mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi dan seimbang juga penting untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit dan mencegah anemia. Mengurangi stres melalui teknik relaksasi, meditasi, atau olahraga ringan juga dapat membantu mengurangi sakit kepala yang disebabkan oleh ketegangan.
Penggunaan obat-obatan seperti analgesik untuk sakit kepala atau suplemen elektrolit mungkin diperlukan, tetapi sebaiknya digunakan sesuai rekomendasi dokter. Dengan pengelolaan yang tepat, sakit kepala dan pusing yang terkait dengan gastritis kronis dapat dikendalikan, membantu penderita merasa lebih nyaman dan sehat.
8. Lelah dan Lemah
Lelah dan lemah adalah gejala umum yang sering dialami oleh penderita gastritis kronis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan peradangan lambung dan gangguan pencernaan. Salah satu penyebab utama rasa lelah dan lemah pada penderita gastritis kronis adalah malnutrisi. Peradangan kronis pada lambung mengganggu penyerapan nutrisi penting dari makanan. Nutrisi seperti vitamin B12, zat besi, dan folat mungkin tidak diserap dengan baik, mengakibatkan kekurangan yang menyebabkan kelelahan dan kelemahan.
Kekurangan zat besi, misalnya, dapat menyebabkan anemia, yang ditandai dengan rendahnya jumlah sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. Anemia ini menyebabkan tubuh bekerja lebih keras untuk mendistribusikan oksigen, menghasilkan rasa lelah yang berlebihan. Selain itu, penderita gastritis kronis sering mengalami penurunan nafsu makan dan mual, yang mengurangi asupan kalori dan nutrisi penting. Kurangnya asupan kalori membuat tubuh kekurangan energi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi sehari-hari, menyebabkan rasa lemah dan kelelahan yang konstan. Mual dan muntah yang berulang juga berkontribusi terhadap kehilangan cairan dan elektrolit, memperburuk perasaan lelah.
Gangguan tidur juga sering dialami oleh penderita gastritis kronis. Nyeri dan ketidaknyamanan perut, terutama di malam hari, dapat mengganggu tidur, mengakibatkan kualitas tidur yang buruk. Kurangnya tidur berkualitas menyebabkan kelelahan yang meningkat di siang hari.
Stres dan kecemasan yang sering menyertai penyakit kronis seperti gastritis juga dapat mempengaruhi energi dan stamina. Stres kronis dapat menyebabkan kelelahan mental dan fisik, memperburuk perasaan lelah dan lemah. Untuk mengatasi kelelahan dan kelemahan, penting bagi penderita gastritis kronis untuk mengelola asupan nutrisi mereka dengan baik. Makanan yang kaya akan nutrisi tetapi mudah dicerna, seperti buah-buahan, sayuran, protein tanpa lemak, dan biji-bijian, dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Minum cukup air juga penting untuk mencegah dehidrasi. Mengelola stres melalui teknik relaksasi, seperti yoga atau meditasi, dapat membantu mengurangi kelelahan mental dan fisik. Selain itu, berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan saran mengenai diet dan suplemen yang tepat bisa sangat membantu dalam mengatasi rasa lelah dan lemah yang terkait dengan gastritis kronis.
9. Kehilangan Minat pada Aktivitas Sehari-hari
Kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari adalah gejala yang sering dialami oleh penderita gastritis kronis dan dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup mereka. Kondisi ini bisa terjadi karena kombinasi dari gejala fisik dan dampak psikologis yang disebabkan oleh penyakit kronis.
Rasa nyeri dan ketidaknyamanan yang terus-menerus di perut, mual, muntah, serta gejala lainnya seperti diare atau konstipasi, dapat membuat penderita merasa lelah secara fisik dan emosional. Ketidaknyamanan fisik ini sering kali membuat mereka enggan melakukan aktivitas yang biasanya dinikmati, seperti berolahraga, berjalan-jalan, atau bahkan menjalankan tugas-tugas sehari-hari. Nyeri yang berkepanjangan dan perasaan mual juga dapat menyebabkan penurunan energi, membuat penderita merasa terlalu lelah untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial atau hobi.
Selain dampak fisik, gastritis kronis juga dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang signifikan. Ketidakpastian tentang kondisi kesehatan, kekhawatiran tentang gejala yang berulang, dan kebutuhan untuk mengelola diet dan pengobatan dapat menambah beban emosional. Stres ini dapat menyebabkan perasaan putus asa atau depresi, yang selanjutnya mengurangi minat dan motivasi untuk beraktivitas.
Kurangnya asupan nutrisi dan malnutrisi yang sering menyertai gastritis kronis juga berkontribusi pada perasaan lemah dan kehilangan energi. Ketika tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, kemampuan untuk berfungsi secara optimal terganggu, menyebabkan penurunan minat pada aktivitas fisik maupun mental.
Kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari dapat menciptakan lingkaran setan di mana penurunan aktivitas fisik dan sosial memperburuk kondisi mental dan fisik, yang pada gilirannya semakin mengurangi minat untuk beraktivitas. Penting bagi penderita untuk mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan untuk membantu mengelola gejala dan menjaga kualitas hidup.
Terapi psikologis seperti konseling atau terapi kognitif perilaku (CBT) dapat sangat membantu dalam mengatasi stres dan kecemasan, serta membantu penderita menemukan cara untuk tetap aktif dan terlibat dalam kegiatan yang mereka nikmati. Mengembangkan rutinitas harian yang seimbang, dengan istirahat yang cukup, aktivitas fisik ringan, dan interaksi sosial, juga dapat membantu mengurangi perasaan kehilangan minat dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Kesimpulan
Gastritis kronis bisa menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu, seperti nyeri perut, mual, kembung, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, diare atau konstipasi, sakit kepala, lelah, lemah, dan kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari. Penting bagi Sobat LambunQ untuk mengelola gejala ini dengan pola makan seimbang, cukup minum, dan menjaga kesehatan mental. Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi juga sangat dianjurkan untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Dengan perawatan yang baik, kualitas hidup dapat ditingkatkan dan gejala gastritis kronis bisa dikendalikan. Tetap jaga kesehatan lambung, ya!