Halo Sobat LambunQ, kecemasan berlebihan menurut Islam adalah topik yang sering banget dibicarain, apalagi di zaman sekarang ini. Kami dari tim LambunQ mau berbagi 6 panduan Islami buat kamu yang lagi struggling dengan kecemasan berlebihan. Yuk, kita simak bareng-bareng!
1. Mengenali Sumber Kecemasan
Langkah pertama dalam mengatasi kecemasan berlebihan menurut Islam adalah mengenali sumber kecemasan itu sendiri. Kecemasan bisa muncul dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Dalam perspektif Islam, memahami akar penyebab kecemasan sangat penting karena dapat membantu kita dalam mencari solusi yang tepat. Kecemasan sering kali disebabkan oleh perasaan takut akan masa depan, tekanan sosial, masalah finansial, kesehatan, atau hubungan interpersonal.
Dalam Islam, salah satu cara untuk mengenali sumber kecemasan adalah dengan melakukan introspeksi diri. Introspeksi membantu kita melihat ke dalam diri sendiri dan memahami apa yang sebenarnya kita rasakan dan pikirkan. Dalam proses ini, kita dianjurkan untuk berdoa dan meminta petunjuk dari Allah SWT. Doa seperti “Ya Allah, tunjukkanlah padaku apa yang menyebabkan kecemasanku dan bantulah aku mengatasinya” bisa sangat membantu.
Selain introspeksi, mendiskusikan perasaan kita dengan orang yang kita percayai juga penting. Dalam Islam, keluarga dan teman dekat memiliki peran besar dalam mendukung satu sama lain. Dengan berbicara tentang kecemasan kita, kita bisa mendapatkan perspektif baru dan mungkin menemukan bahwa orang lain juga mengalami hal yang sama. Dukungan sosial ini dapat memberikan rasa aman dan mengurangi beban kecemasan.
Mengidentifikasi situasi atau peristiwa tertentu yang memicu kecemasan juga merupakan langkah penting. Misalnya, jika seseorang merasa cemas setiap kali menghadapi situasi keuangan yang sulit, maka situasi ini adalah pemicu utama kecemasan mereka. Dalam hal ini, Islam mengajarkan kita untuk tawakal dan berserah diri kepada Allah setelah melakukan segala usaha. Berpikir bahwa rezeki adalah ketentuan Allah dan bahwa setiap ujian pasti ada hikmahnya dapat membantu mengurangi kecemasan.
Islam juga mengajarkan untuk selalu bersyukur dalam segala keadaan. Bersyukur dapat mengalihkan fokus dari hal-hal yang menimbulkan kecemasan ke hal-hal yang kita miliki dan hargai. Dengan bersyukur, hati kita menjadi lebih tenang dan kita bisa lebih mudah menghadapi masalah yang ada.
Mengetahui bahwa kecemasan adalah bagian dari ujian hidup yang diberikan oleh Allah juga dapat membantu. Islam mengajarkan bahwa setiap ujian memiliki tujuannya sendiri dan akan membawa kita lebih dekat kepada Allah jika kita menghadapinya dengan sabar dan tawakal. Menyadari hal ini dapat memberikan kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi kecemasan.
Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin itu! Sesungguhnya segala perkaranya adalah baik baginya. Jika ia mendapatkan kebahagiaan ia bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Dan jika ia tertimpa musibah ia bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim). Hadist ini mengajarkan bahwa dalam setiap keadaan, baik saat bahagia maupun saat cemas, seorang Muslim dianjurkan untuk bersyukur dan bersabar. Dengan bersyukur, kita mengingat nikmat-nikmat Allah yang mungkin terlupakan saat kita merasa cemas. Bersabar mengajarkan kita untuk menerima ujian dengan tenang dan ikhlas, yang pada akhirnya membantu mengurangi kecemasan.
2. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Salah satu cara yang sangat efektif dalam mengatasi kecemasan berlebihan menurut Islam adalah dengan meningkatkan kualitas ibadah kita. Sholat, zikir, dan membaca Al-Quran bisa menjadi solusi jitu untuk menenangkan hati dan pikiran. Dalam Islam, ibadah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari ketenangan batin.
Sholat adalah pilar utama dalam Islam dan merupakan bentuk komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Saat melaksanakan sholat, seorang Muslim diharapkan untuk khusyuk dan fokus pada bacaan serta gerakan sholat. Dalam kondisi khusyuk ini, pikiran yang biasanya dipenuhi oleh berbagai kecemasan dapat dialihkan ke hal-hal yang lebih positif dan spiritual. Sholat lima waktu yang dilakukan secara rutin memberikan kesempatan bagi seseorang untuk beristirahat sejenak dari rutinitas dan masalah sehari-hari, sehingga memberikan waktu untuk refleksi diri dan mencari ketenangan.
Zikir, atau mengingat Allah, juga merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam untuk mengatasi kecemasan. Dengan berdzikir, seseorang mengulang-ulang nama Allah dan kalimat-kalimat pujian, yang secara tidak langsung membantu menenangkan pikiran. Dzikir seperti “La ilaha illallah” atau “Subhanallah” dapat diulang-ulang kapan saja dan di mana saja, memberikan ketenangan dan rasa aman bahwa Allah selalu bersama kita. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang mengingat Tuhannya di tengah orang-orang yang lalai seperti seorang pejuang yang tetap bertahan di medan perang ketika yang lain melarikan diri.” (HR. Ahmad). Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya zikir dalam menjaga ketenangan dan kekuatan batin di tengah berbagai tekanan dan kecemasan.
Membaca Al-Quran juga memiliki efek menenangkan yang luar biasa. Al-Quran adalah petunjuk hidup bagi umat Muslim, dan membaca serta merenungi ayat-ayatnya dapat memberikan ketenangan hati. Surah Ar-Rad ayat 28 menyatakan, “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” Membaca Al-Quran tidak hanya memberikan pahala tetapi juga membantu mengalihkan pikiran dari kecemasan dan memberikan perspektif yang lebih luas tentang kehidupan dan masalah yang dihadapi.
Selain itu, ibadah juga melibatkan doa dan munajat kepada Allah. Doa adalah bentuk permohonan dan pengakuan bahwa segala sesuatu berada dalam kuasa Allah. Dengan berdoa, seorang Muslim melepaskan segala beban dan kecemasan kepada Allah, memohon bantuan dan petunjuk-Nya. Doa seperti “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa cemas dan sedih” (HR. Abu Dawud) adalah contoh bagaimana doa dapat digunakan untuk memohon ketenangan dan perlindungan dari kecemasan.
Dalam Islam, meningkatkan kualitas ibadah bukan hanya soal kuantitas tetapi juga kualitas. Memahami dan merenungi makna dari setiap ibadah yang dilakukan, serta melakukannya dengan penuh kesadaran dan ketulusan, dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kesehatan mental dan spiritual. Ibadah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan akan memberikan ketenangan batin dan membantu mengurangi kecemasan berlebihan yang sering kali membebani pikiran dan hati.
3. Memperkuat Hubungan Sosial
Bersosialisasi dengan baik, terutama dengan keluarga dan sahabat, bisa sangat membantu mengurangi kecemasan. Islam menekankan pentingnya menjaga hubungan sosial yang harmonis dengan orang-orang di sekitar kita. Dalam Al-Quran dan hadis, banyak sekali ajaran yang menggarisbawahi pentingnya silaturahmi dan saling tolong-menolong.
Keluarga adalah pilar utama dalam kehidupan seorang Muslim. Dalam keluarga, kita mendapatkan dukungan emosional, cinta, dan rasa aman yang sangat diperlukan dalam mengatasi kecemasan. Islam mengajarkan bahwa menjaga hubungan baik dengan anggota keluarga adalah suatu kewajiban. Misalnya, dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 36, Allah berfirman, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh…” Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hubungan baik dengan keluarga dan kerabat dekat.
Selain keluarga, sahabat juga memainkan peran penting dalam kehidupan sosial. Islam menganjurkan kita untuk memilih sahabat yang baik dan dapat memberikan pengaruh positif. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi akan memberimu minyak wangi atau kamu membeli darinya atau kamu mendapat bau harum darinya. Adapun pandai besi, maka dia akan membakar pakaianmu atau kamu mendapatkan bau yang tidak enak darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menggambarkan betapa pentingnya memiliki teman yang baik, yang dapat membantu kita dalam masa-masa sulit dan memberikan dukungan emosional.
Selain mendapatkan dukungan, bersosialisasi juga memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan perspektif baru. Ketika kita berbicara tentang kecemasan kita dengan orang lain, kita bisa mendapatkan saran dan pandangan yang mungkin tidak kita pikirkan sebelumnya. Hal ini bisa sangat membantu dalam menemukan solusi atau setidaknya memberikan rasa bahwa kita tidak sendirian dalam menghadapi masalah.
Dalam Islam, ada juga konsep ta’awun atau tolong-menolong. Allah berfirman dalam Al-Quran surah Al-Ma’idah ayat 2, “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…” Ayat ini mengajarkan pentingnya saling membantu dan mendukung dalam kebaikan, termasuk dalam mengatasi kecemasan. Dengan membantu orang lain, kita juga bisa merasa lebih berarti dan berguna, yang pada akhirnya dapat mengurangi perasaan cemas.
Selain itu, Islam juga mengajarkan pentingnya menghadiri majelis ilmu dan kegiatan keagamaan. Majelis ilmu tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang agama, tetapi juga memberikan kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama. Dalam majelis ini, kita bisa mendapatkan dukungan sosial dan spiritual yang kuat, yang sangat diperlukan dalam mengatasi kecemasan. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah (masjid), mereka membaca kitab Allah (Al-Quran) dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan turun kepada mereka ketenteraman, diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh malaikat, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan (para malaikat) yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan betapa besar manfaat sosial dan spiritual dari menghadiri majelis ilmu.
4. Mengadopsi Pola Hidup Sehat
Kesehatan fisik dan mental sangat berhubungan erat. Dalam Islam, menjaga tubuh adalah bagian dari ibadah. Menjaga kesehatan fisik adalah suatu keutamaan dalam Islam. Mengadopsi pola hidup sehat bisa menjadi langkah penting dalam mengurangi kecemasan berlebihan. Makan makanan yang sehat dan bergizi adalah salah satu kunci dalam menjaga kesehatan fisik dan mental. Islam mengajarkan pentingnya mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib, yang berarti bersih dan baik. Al-Quran menyebutkan, “Makanlah dari rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu” (QS. Al-Baqarah: 172). Mengonsumsi makanan yang sehat membantu menjaga keseimbangan tubuh dan pikiran, yang pada akhirnya bisa membantu mengurangi kecemasan.
Olahraga juga memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan. Aktivitas fisik dapat meningkatkan produksi endorfin, yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan. Rasulullah SAW mendorong umatnya untuk berolahraga dan menjaga kebugaran fisik. Beliau bersabda, “Segala sesuatu yang tidak disertai dengan dzikrullah adalah permainan dan kelalaian, kecuali empat perkara: (1) seorang suami yang bercengkerama dengan istrinya, (2) seseorang yang melatih kudanya, (3) seseorang yang berjalan di antara dua tujuan (dalam memanah), dan (4) seseorang yang belajar berenang.” (HR. Nasa’i). Hadis ini menunjukkan pentingnya berbagai bentuk olahraga dalam kehidupan sehari-hari.
Selain makan sehat dan olahraga, tidur yang cukup juga merupakan aspek penting dalam menjaga kesehatan. Kurang tidur dapat memperburuk kecemasan dan menurunkan kemampuan seseorang untuk mengatasi stres. Islam juga mengajarkan pentingnya tidur yang cukup dan menjaga pola tidur yang teratur. Rasulullah SAW memiliki kebiasaan tidur yang teratur dan menyarankan umatnya untuk tidak begadang kecuali untuk urusan yang sangat penting. Beliau juga menganjurkan tidur siang (qailulah) untuk memulihkan energi.
Menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol juga sangat dianjurkan dalam Islam. Kedua kebiasaan ini tidak hanya merusak kesehatan fisik tetapi juga bisa memperburuk kondisi mental dan menambah kecemasan. Al-Quran secara tegas melarang konsumsi alkohol dalam beberapa ayat, seperti dalam QS. Al-Ma’idah: 90, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
Selain itu, menjaga kesehatan mental juga bisa dilakukan dengan mengelola stres melalui teknik-teknik relaksasi seperti meditasi dan pernapasan dalam, yang sesuai dengan ajaran Islam tentang dzikir dan kontemplasi. Menghabiskan waktu di alam, berkebun, atau berjalan kaki di taman juga dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi kecemasan. Rasulullah SAW sering menghabiskan waktu di alam, merenung, dan beribadah di gua Hira sebelum menerima wahyu pertama.
5. Mengelola Waktu dengan Bijak
Sering kali, kecemasan muncul karena kurangnya manajemen waktu. Islam mengajarkan kita untuk bijak dalam mengelola waktu agar hidup kita lebih teratur dan terhindar dari kecemasan berlebihan. Mengelola waktu dengan bijak mencakup perencanaan, prioritas, dan disiplin dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Dalam Al-Quran, Allah berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al-Asr: 1-3). Ayat ini menekankan pentingnya memanfaatkan waktu dengan baik.
Perencanaan adalah langkah awal dalam manajemen waktu. Dengan merencanakan aktivitas sehari-hari, kita bisa menentukan apa saja yang harus dilakukan dan kapan melakukannya. Perencanaan yang baik membantu kita menghindari kebingungan dan tekanan yang sering kali menjadi penyebab kecemasan. Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya perencanaan dalam kehidupan melalui berbagai hadis.
Salah satunya adalah sabda beliau, “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka dia termasuk orang yang celaka” (HR. Hakim). Hadis ini mengajarkan kita untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas hidup kita setiap hari melalui perencanaan dan usaha yang baik.
Prioritas adalah elemen penting dalam mengelola waktu. Dengan menentukan prioritas, kita bisa fokus pada hal-hal yang paling penting dan mendesak terlebih dahulu. Islam mengajarkan kita untuk mengutamakan hal-hal yang bermanfaat dan menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda, “Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya” (HR. Tirmidzi). Dengan menentukan prioritas, kita bisa menghindari pemborosan waktu pada aktivitas yang tidak produktif, sehingga dapat mengurangi kecemasan yang timbul akibat penumpukan tugas.
Disiplin adalah kunci sukses dalam manajemen waktu. Setelah membuat rencana dan menentukan prioritas, kita harus disiplin dalam menjalankan rencana tersebut. Disiplin dalam waktu sholat, misalnya, adalah salah satu bentuk latihan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sholat lima waktu yang dilakukan pada waktu yang telah ditentukan membantu kita membangun kebiasaan disiplin. Allah berfirman, “Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (QS. An-Nisa: 103). Dengan disiplin dalam menjalankan rencana harian, kita bisa menghindari penundaan dan kecemasan yang sering kali muncul karena pekerjaan yang menumpuk.
Selain itu, Islam juga mengajarkan pentingnya istirahat dan mengambil waktu untuk diri sendiri. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak atasmu, matamu mempunyai hak atasmu, dan istrimu mempunyai hak atasmu” (HR. Bukhari). Hadis ini mengingatkan kita untuk menjaga keseimbangan antara kerja dan istirahat. Istirahat yang cukup membantu menjaga kesehatan mental dan fisik, sehingga kita bisa lebih produktif dan terhindar dari kecemasan.
Manajemen waktu yang baik juga melibatkan kemampuan untuk mengatakan tidak pada hal-hal yang tidak sesuai dengan prioritas kita. Islam mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam segala hal, termasuk dalam menerima tanggung jawab. Allah berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286). Dengan mengetahui batas kemampuan kita dan tidak memaksakan diri, kita bisa menghindari kecemasan yang disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan.
6. Mencari Bantuan Profesional
Kalau kecemasan sudah terlalu mengganggu, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Dalam Islam, mencari ilmu dan solusi dari para ahli sangat dianjurkan. Ketika seseorang merasa bahwa kecemasannya sudah tidak bisa diatasi sendiri, langkah bijak adalah mencari pertolongan dari mereka yang memiliki keahlian di bidang kesehatan mental. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, kecuali Dia juga menurunkan obatnya. Orang yang mengetahuinya akan mengetahuinya, dan orang yang tidak mengetahuinya tidak akan mengetahuinya” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menekankan pentingnya mencari pengobatan dan pertolongan ketika diperlukan.
Bantuan profesional dapat berupa konseling atau terapi psikologis yang dilakukan oleh psikolog atau psikiater. Terapi kognitif perilaku (CBT) adalah salah satu jenis terapi yang sering digunakan untuk mengatasi kecemasan. Terapi ini membantu individu untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang memicu kecemasan. Dalam sesi terapi, pasien diajak untuk berbicara tentang perasaan mereka, memahami akar masalah, dan belajar teknik-teknik untuk mengatasi kecemasan. Proses ini sejalan dengan ajaran Islam yang menganjurkan kita untuk memahami dan mengatasi masalah dengan cara yang bijak dan ilmiah.
Psikoterapi juga bisa melibatkan teknik relaksasi dan meditasi yang dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi gejala kecemasan. Teknik seperti pernapasan dalam, meditasi, dan mindfulness dapat membantu seseorang untuk tetap tenang dan fokus pada saat ini, bukan pada ketakutan atau kekhawatiran akan masa depan. Teknik-teknik ini juga memiliki kesamaan dengan praktik zikir dalam Islam, di mana seseorang mengingat Allah dan menenangkan hati melalui pengulangan nama-nama Allah dan doa-doa tertentu.
Selain terapi psikologis, bantuan profesional juga bisa melibatkan pengobatan medis jika diperlukan. Psikiater dapat meresepkan obat-obatan yang membantu mengelola gejala kecemasan. Obat-obatan ini bisa sangat efektif dalam membantu seseorang mengatasi kecemasan yang parah, tetapi harus digunakan sesuai dengan petunjuk dan pengawasan dokter. Penggunaan obat dalam Islam diperbolehkan selama tidak ada unsur haram dalam komposisinya dan digunakan untuk tujuan yang benar sesuai dengan kebutuhan medis.
Selain itu, mengikuti kelompok dukungan juga bisa sangat bermanfaat. Kelompok dukungan memungkinkan seseorang untuk bertemu dengan orang-orang yang mengalami masalah serupa, berbagi pengalaman, dan saling memberikan dukungan. Dalam Islam, konsep musyawarah atau berkumpul untuk saling memberi nasihat sangat dianjurkan. Allah berfirman dalam Al-Quran, “Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka…” (QS. Asy-Syura: 38). Ayat ini menunjukkan pentingnya musyawarah dan saling mendukung dalam menghadapi berbagai masalah, termasuk kecemasan.
Menghadiri majelis ilmu dan ceramah agama juga bisa menjadi bentuk bantuan profesional. Dalam majelis ilmu, kita bisa mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat, nasihat-nasihat bijak, dan inspirasi dari para ulama dan cendekiawan Muslim. Ceramah dan pengajian sering kali memberikan panduan tentang cara menghadapi masalah hidup dengan bijak dan sesuai dengan ajaran Islam. Ini bisa sangat membantu dalam memberikan ketenangan dan kekuatan spiritual.
Mengambil langkah untuk mencari bantuan profesional tidak berarti kita lemah atau kurang iman. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa kita memahami keterbatasan diri dan berusaha mencari solusi terbaik sesuai dengan ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda, “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad” (HR. Bukhari). Mencari ilmu dan bantuan dari mereka yang ahli adalah bagian dari upaya kita untuk hidup lebih baik dan mengatasi masalah dengan cara yang benar dan efektif.
Kesimpulan
Mengatasi kecemasan berlebihan menurut Islam melibatkan mengenali sumber kecemasan, meningkatkan kualitas ibadah, memperkuat hubungan sosial, mengadopsi pola hidup sehat, mengelola waktu dengan bijak, dan mencari bantuan profesional saat diperlukan. Dengan mengikuti panduan ini, kita dapat menemukan ketenangan dan keseimbangan dalam hidup. Ingatlah bahwa kecemasan adalah bagian dari ujian yang diberikan oleh Allah, dan dengan sabar serta tawakal, kita dapat menghadapinya dengan lebih baik. Semoga Sobat LambunQ selalu diberi kekuatan dan ketenangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.